Admin | Zainal Abidin
Admin Media Ceo Group
Sabtu, 21 September 2019
Sahabat Ikafa 2006 Fadris Pagendingan Tasikmalaya
Indahnya Kebersamaan,lewat Album kenangan Alumni Ikafa 2006
Zainal Abidin.Com |Jakarta (20/19) Sahabat adalah seseorang yang mau menunjukkan di mana letak kesalahanku, bukan seseorang yang membicarakanku di belakang dan membiarkanku tetap dengan kesalahan yang ku buat tanpa tahu apa yang salah,Sahabat adalah seseorang yang ingin aku menjadi lebih baik..
Allah Subhanahu wa Ta'aalaa berfirman yang artinya :
Zainal Abidin.Com |Jakarta (20/19) Sahabat adalah seseorang yang mau menunjukkan di mana letak kesalahanku, bukan seseorang yang membicarakanku di belakang dan membiarkanku tetap dengan kesalahan yang ku buat tanpa tahu apa yang salah,Sahabat adalah seseorang yang ingin aku menjadi lebih baik..
Allah Subhanahu wa Ta'aalaa berfirman yang artinya :
“Wahai Muhammad tabahkanlah dirimu bersama orang-orang yang tekun beribadah kepada Allah baik pagi maupun sore, demi mencari keridhaan-Nya. Jangan alihkan perhatian kamu dari orang-orang yang tekun beribadah, hanya karena kamu menginginkan kesenangan hidup dunia. Janganlah kamu taat kepada orang-orang yang lalai mengingat Allah dan mengikuti hawa nafsunya. Usaha mereka itu pasti sia-sia (QS. Al-Kahfi: 28)
Rasulullah Shallallahu 'alaihi wa sallam bersabda yang artinya :
“Seseorang itu tergantung agama temannya. Maka hendaknya salah seorang dari kalian melihat siapa temannya.” (HR. Ahmad dan Tirmidzi).
Rasulullah Shallallahu 'alaihi wa sallam bersabda yang artinya :
“Jangan berteman, kecuali dengan orang mukmin, dan jangan memakan makananmu kecuali org yg bertaqwa.” (HR. Ahmad )
Rasulullah Shallallahu 'alaihi wa sallam bersabda yang artinya : “Sesungguhnya perumpamaan teman yang baik (shalih/ shalihah) dan teman yang jahat adalah seperti pembawa minyak wangi dan peniup api pandai besi. Pembawa minyak wangi mungkin akan mencipratkan minyak wanginya itu atau engkau membeli darinya atau engkau hanya akan mencium aroma harumnya itu. Sedangkan peniup api tukang besi mungkin akan membakar bajumu atau engkau akan mencium darinya bau yang tidak sedap”.(HR. Bukhari dan Muslim)
Sahabat-sahabatku yg dirahmati Allah
Secara umum, orang merasa senang dengan banyak teman. Manusia memang tidak bisa hidup sendiri, sehingga disebut sebagai makhluk sosial. Tetapi itu bukan berarti, bahwa seseorang boleh semaunya bergaul dengan sembarang orang menurut selera nafsunya. Sebab, teman adalah personifikasi diri.
Manusia selalu memilih teman yang mirip dengannya dalam hobi, kecenderungan, pandangan, teman sepemikiran. Karena itu, Islam memberi batasan-batasan yang jelas dalam soal pertemanan.
Teman memiliki pengaruh yang besar sekali. Rasulullah Shallallahu 'alaihi wa sallam bersabda, “Seseorang itu tergantung agama temannya. Maka hendaknya salah seorang dari kalian melihat siapa temannya.” (HR. Ahmad dan Tirmidzi).
Makna hadits di atas adalah seseorang akan berbicara dan berperilaku seperti kebiasaan kawannya. Karena itu beliau Shalallaahu alaihi wasalam mengingatkan agar kita cermat dalam memilih teman.
Kita harus kenali kualitas beragama dan akhlak kawan kita. Bila ia seorang yang shalih, ia boleh kita temani. Sebaliknya, bila ia seorang yang buruk akhlaknya dan suka melanggar ajaran agama, kita harus menjauhinya.
Rasulullah Shallallahu 'alaihi wa sallam bersabda yang artinya : “Jangan berteman, kecuali dengan orang mukmin, dan jangan memakan makananmu kecuali orang yang bertaqwa.” (HR. Ahmad )
Termasuk dalam larangan di atas adalah berteman dengan pelaku dosa-dosa besar dan ahli maksiat, lebih-lebih berteman dengan orang-orang kafir dan munafik.
Persahabatan yang paling agung adalah persahabatan yang dijalin di jalan Allah dan karena Allah, bukan untuk mendapatkan manfaat dunia, materi, jabatan atau sejenisnya.
Persahabatan yang dijalin untuk saling mendapatkan keuntungan duniawi sifatnya sangat sementara. Bila keuntungan tersebut telah sirna, maka persahabatan pun putus.
Berbeda dengan persahabatan yang dijalin karena Allah, tidak ada tujuan apa pun dalam persahabatan mereka, selain untuk mendapatkan ridha Allah. Orang yang semacam inilah yang kelak pada Hari Kiamat akan mendapat janji Allah.
Rasulullah Shallallahu 'alaihi wa sallam bersabda yang artinya : “Sesungguhnya Allah pada Hari Kiamat berseru, ‘Di mana orang-orang yang saling mencintai karena keagungan-Ku? Pada hari ini akan Aku lindungi mereka dlm lindungan-Ku, pada hari yang tdk ada perlindungan, kecuali perlindungan-Ku.” (HR. Muslim)
Dari Mu’adz bin Jabal berkata, “Aku mendengar Rasulullah Shalallaahu alaihi wasalam bersabda, Allah Tabaraka wa Ta’ala berfirman, “Wajib untuk mendapatkan kecintaan-Ku orang-orang yang saling mencintai karena Aku dan yang saling berkunjung krn Aku dan yang saling berkorban karena Aku.” (HR. Ahmad).
Sebagaimana diriwayatkan oleh Imam Muslim dalam hadits Abu Hurairah ra , diceritakan, “Dahulu ada seorang laki-laki yang berkunjung kepada saudara (temannya) di desa lain. Lalu ditanyakan kepadanya, ‘Ke mana anda hendak pergi? Saya akan mengunjungi teman saya di desa ini’, jawabnya, ‘Adakah suatu kenikmatan yang anda harap darinya?’ ‘Tidak ada, selain bahwa saya mencintainya karena Allah Azza wa Jalla’, jawabnya. Maka orang yang bertanya ini mengaku, “Sesungguhnya saya ini adalah utusan Allah kepadamu (untuk menyampaikan) bahwasanya Allah telah mencintaimu sebagaimana engkau telah mencintai temanmu karena Dia.” (HR.Muslim)
Anas ra meriwayatkan, “Ada seorang laki-laki di sisi Nabi Shallallahu 'alaihi wa sallam. Tiba-tiba ada sahabat lain yang berlalu. Laki-laki tersebut lalu berkata, “Ya Rasulullah, sungguh saya mencintai orang itu (karena Allah)”. Maka Nabi saw bertanya “Apakah engkau telah memberitahukan kepadanya?” “Belum”, jawab laki-laki itu. Nabi bersabda, “Maka bangkit dan beritahukanlah padanya, niscaya akan mengokohkan kasih sayang di antara kalian.” Lalu ia bangkit dan memberitahukan, “Sungguh saya mencintai anda karena Allah.” Maka orang ini berkata, “Semoga Allah mencintaimu, yang engkau mencintaiku karena-Nya.” (HR. Ahmad).
Hal yang harus diperhatikan oleh orang yang saling mencintai karena Allah adalah untuk terus melakukan evaluasi diri dari waktu ke waktu. Adakah sesuatu yang mengotori kecintaan tersebut dari berbagai kepentingan duniawi?
Paling tidak, saat bertemu dengan teman hendaknya kita selalu dalam keadaan wajah berseri-seri dan menyungging senyum. Rasulullah Shallallahu 'alaihi wa sallam bersabda, “Jangan sepelekan kebaikan sekecil apapun, meski hanya dengan menjumpai saudaramu dengan wajah berseri-seri.” (HR. Muslim dan Tirmidzi).
Termasuk yang membantu langgengnya cinta dan kasih sayang adalah saling memberi hadiah di antara sesama teman. Rasulullah Shallallahu 'alaihi wa sallam bersabda yg artinya : “Saling berjabat tanganlah kalian, niscaya akan hilang kedengkian. Saling memberi hadiahlah kalian, niscaya kalian saling mencintai dan hilang (dari kalian) kebencian.” (HR. Imam Malik).
Rasulullah Shallallahu 'alaihi wa sallam bersabda yang artinya : “Sesungguhnya perumpamaan teman yang baik (shalih/shalihah) dan teman yang jahat adalah seperti pembawa minyak wangi dan peniup api pandai besi. Pembawa minyak wangi mungkin akan mencipratkan minyak wanginya itu atau engkau membeli darinya atau engkau hanya akan mencium aroma harumnya itu. Sedangkan peniup api tukang besi mungkin akan membakar bajumu atau engkau akan mencium darinya bau yang tidak sedap”.(HR. Bukhari dan Muslim)
Allah memerintahkan untuk berteman dengan orang-orang baik dan shalih. Karena teman seperti itu akan membantu dan mendorong kita berbuat baik. Berbeda dengan teman buruk, akibat buruk paling rendah mereka akan membuat waktu kita habis sia-sia tanpa berguna.
Bahaya terbesarnya, berteman dengan mereka bisa merusak iman dan agama kita, sehingga akan bersama mereka di akhirat kelak. Karena itu Al-Qur’an dan Sunnah sangat-sangat melarang berteman dengan mereka.
Allah Ta’ala berfirman yang artinya :
“Wahai Muhammad tabahkanlah dirimu bersama orang-orang yang tekun beribadah kepada Allah baik pagi maupun sore, demi mencari keridhaan-Nya. Jangan alihkan perhatian kamu dari orang-orang yang tekun beribadah, hanya karena kamu menginginkan kesenangan hidup dunia. Janganlah kamu taat kepada orang-orang yang lalai mengingat Allah dan mengikuti hawa nafsunya. Usaha mereka itu pasti sia-sia (QS. Al-Kahfi: 28)
Jika demikian, di mana kita bisa temukan teman-teman yang baik? Siapa yang ingin mendapatkan teman-teman yang shalih hendaknya ia mencarinya di masjid-masjid. Karena orang shalih banyak ditemukan di sana. Di sana ditegakkan ibadah kepada Allah, disuarakan dzikir, dikaji petunjuk-Nya, ditegakkan nasehat agama dan kegiatan-kegiatan positif lainnya. Sungguh para ulama salaf menilai orang berdasarkan ilmu, akhlak, pengamalannya terhadap sunnah, dan kiprahnya untuk dien ini.
Ja’far as-Shadiq berkata kepada anaknya, “Anakku, jangan berteman dengan tiga orang; orang yang durhaka kepada orangtuanya, sebab dia telah dilaknat oleh Allah. Orang jahat, sebab kejahatannya akan menular ke dalam dirimu. Dan pemboong, sebab kebohongan dapat mendekatkan segala yang jauh dan menjauhkan semua yang dekat.
Ibnu Katsir berkata, Allah mengabadikan seekor anjing dalam al-Qur’an, karena binatang itu bersahabat dengan ahabul khafi yang saleh. Sementara itu, Abu Thalib terseret ke dalam neraka akibat teman-temannya yang hina semacam abu jahal dan lainnya.
-------- MASUKAN KODE IKLAN 1 --------
-------- MASUKAN KODE IKLAN 2 --------
-------- MASUKAN KODE IKLAN 3 --------
0 Komentar